-->

Mac 31, 2017

Bacaan Selawat paling Afdhal mengikut Nabi SAW

 



ASSALAMUALAIKUM ...


Bila sebut salawat , biasanya orang hanya akan buat selawat ke atas Nabi . Saya percaya ramai yang tak tahu termasuk saya sendiri , apa jenis bacaan selawat yang paling afdal . Saya pun baru jumpa hasil dari pembacaan di majalah Solusi . Jadi saya nak kongsikan dengan pembaca semua .

Dari Abu Mas'ud Al Anshari katanya , 
 " Ketika kami sedang berada di dalam majlis , Sa'ad bin Ubadah , sekonyong - konyong Nabi SAWdatang . Basyir bin Sa'ad bertanya kepada baginda , " Allah memerintahkan kami supaya berselawat kepada anda . Bagaimana caranya kami berselawat itu , ya Rasulullah ? " Kata Abu Mas'ud , " Rasulullah SAW diam saja tidak segera menjawab . Sehingga kami mengira mungkin baginda tidak menyukai pertanyaan kami itu . 

" Kemudian Baginda bersabda , " Ucapkanlah ; 


Kemudian memberi salam , dan caranya ialah sebagaimana anda semua telah mengetahui . " 
( HR Muslim )


Selawat yang kita selalu baca dalam solat sebenarnya adalah selawat yang paling afdal dan tak ada yang lebih bagus darinya .
Al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullâh mengatakan:
“Apa yang disampaikan Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam kepada para Sahabat radhiyallâhu'anhum tentang kaifiyah (dalam membaca shalawat) ini setelah mereka menanyakannya, menjadi petunjuk bahwa itu adalah teks shalawat yang paling utama karena beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam tidaklah memilih bagi dirinya kecuali yang paling mulia dan paling sempurna.” (Fathul Bâri 11/66)


Untuk itu, akan jauh lebih baik bila lafazh shalawat ini yang diamalkan dalam membaca shalawat untuk Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam, bukan lafazh-lafazh shalawat susunan seseorang, meskipun bukan larangan untuk menyusun bentuk teks shalawat sendiri. Shalawat-shalawat selain yang diajarkan oleh Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam terkadang tidak bersih dari kekeliruan, baik dalam pemilihan bahasa, maupun –dan ini yang paling parah- kesalahan dalam akidah. Tentu sangat kontradiktif, saat seseorang membaca suatu teks shalawat yang bukan dari Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dan berharap pahala dari Allâh Ta'âla dan menggapai syafaat Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam di akherat, namun ia melakukannya dengan membaca sesuatu yang mengandung kesyirikan ataupun sanjungan yang sangat dibenci oleh beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam. Bukan pahala dan syafaat yang ia peroleh, sebaliknya kemurkaan yang akan menghampirinya.


Anehnya, sebagian masyarakat lebih condong mengamalkan shalawat-shalawat selain yang dari Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dan meyakini akan keutamaan dan khasiatnya, memperlakukannya seperti membaca teks dari wahyu dengan menjadikannya sebagai wirid rutin dan mengajak orang untuk mengamalkannya. Bila demikian, apa yang disebut bid’ah (membuat perkara baru dalam agama) telah terjadi. Jelas ini sebuah kesalahan di atas kesalahan yang tidak boleh dibiarkan. Harus ada langkah nyata untuk mencerahkan umat dengan menyampaikan kepada mereka hal-hal yang bersumber dari Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dan menegaskan bahwa beliau tidak menyukai perkara-perkara baru dalam agama.
Maka, menyebarkan ilmu syar’i yang berlandaskan al-Qur`ân dan Sunnah dengan pemahaman yang tepat (pemahaman Salafus Shaleh) tidak boleh ditunda-tunda lagi. Wallâhul Muwaffiq.

Artikel majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV