“Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu saat di mana seluruh manusia bersatu padu melawan kalian dari segala penjuru, seperti halnya berkumpulnya manusia mengelilingi meja makan.”
Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah jumlah Muslim pada saat itu sedikit?”
Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’.
Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani)
Sahabat, bukankah fenomena inilah yang sekarang banyak kita temukan? Umat Islam dengan jumlah besar namun kehilangan ‘kewibawaan’ layaknya macan ompong. Hal ini disebabkan umat Islam banyak yang tertimpa 2 penyakit berbahaya, yakni cinta dunia dan takut mati.
Bagaimanakah ciri-ciri cinta dunia dan takut mati yang bisa terlihat dalam diri seseorang? Apakah kita termasuk yang terjangkiti penyakit berbahaya ini? Naudzubillah min dzalik.
Berikut ini beberapa prediksi ciri pecinta dunia yang semoga kita terjauh darinya:
Selalu bermalas-malasan dan lalai dalam beribadah
Jika masih sempat shalat di ujung waktu, mengapa harus repot-repot shalat di awal waktu? Para pecinta dunia tak akan merasa rugi jika melalaikan ibadahnya, justru mereka merasa rugi jika ibadah menghambat karir dan kenikmatan dunia yang mereka rasakan.
Sedang asyik bekerja closing pelanggan, sedang asyik bercengkrama dengan anak dan keluarga, mengapa harus dihentikan hanya karena mendengar seruan untuk shalat? Allah Maha Tahu kok kalau kita sedang dalam kondisi darurat. Semacam itulah yang dipikirkannya. Padahal jelas bahwa Allah senantiasa mengingatkan kita agar tidak lalai mengingatNya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun 9)
Menunda-nunda taubat
Ciri pecinta dunia selanjutnya adalah ketika melakukan dosa, dan ia menyadari bahwa itu adalah dosa, akan tetapi hatinya tak pernah tergerak untuk merasa menyesal, serta tak ada terlintas untuk menghentikan perbuatan dosa tersebut.
Para pecinta dunia biasa beranggapan bahwa hidupnya masih lama, bahwa kiamat itu tidak nyata, dan hidup setelah mati hanyalah keyakinan konyol semata. Padahal, Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa dunia dan isinya itu terlaknat:
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama.“ (HR. Tirmidzi)
Tujuan hidup adalah kesenangan dunia
Visi hidup para pecinta dunia adalah kesenangan dunia semata, baik berupa harta, jabatan, wanita, maupun popularitas. Inilah yang mereka kejar, tak peduli jika harus melakukan hal-hal yang melanggar ajaran Agama, atau melanggar norma kemanusiaan sekalipun.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid:20)
Berani mengorbankan agama dan keimanan demi kenikmatan dunia
Hanya sekadar membuka aurat, meminum khamr, berkhalwat dengan lawan jenis, sepertinya bukan hal yang sulit dilakukan demi memperlancar karir. Para pecinta dunia berani menggadaikan agama dan keimanannya untuk ditukar dengan kenikmatan semu.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud 15-16)
Suka menumpuk harta dan enggan memberi sedekah
Para pecinta dunia juga biasanya hobi menumpuk harta kekayaan, berbangga diri dengan apa yang dimiliki dan enggan berbagi. Mereka merasa apa yang diperoleh merupakan hasil kerja kerasnya, mengapa harus berbagi pada orang lain yang pemalas dan tidak bisa menghasilkan uang?
“Andai anak Adam diberi emas satu lembah, ia ingin mendapat dua lembah. Tidak ada yang dapat membungkam mulutnya selain tanah, dan Allah mengabulkan taubat hamba-Nya yang bertaubat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki dan iri pada apa yang dimiliki orang lain yang lebih darinya
Melihat rumah orang lain lebih besar langsung merasa iri, melihat istri orang lain lebih cantik langsung merasa kurang, melihat kendaraan rekan kerja lebih oke langsung tak mau kalah. Seperti itulah ciri pecinta dunia yang tidak pernah merasa cukup akan pemberian Allah padanya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?.” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imron 14-15)
Sahabat, semoga Allah menjauhkan kita dari ciri-ciri penyakit ‘Wahn’ di atas, yakni penyakit cinta dunia dan takut mati yang sudah pasti akan menghilangkan kelezatan beribadah pada Allah.
Padahal bagi Allah, dunia yang kita singgahi sementara ini hanyalah seperti seonggok bangkai kambing yang cacat, bahkan lebih buruk lagi, mengapa kita menjadi bodoh dengan memperebutkan dan mencintai seonggok bangkai cacat?
Jabir bin Abdillah ra berkata, “Rasulullah SAW pernah memasuki sebuah pasar yang di kiri-kanannya dipadati manusia. Ketika itu beliau melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas Beliau menenteng telinga kambing itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham?”
Pengunjung pasar menjawab, “Sedikit pun kami tidak menginginkannya“.
Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan cuma-cuma kepada kalian?”
Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya karena cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah menjadi bangkai?”
Mendengar hal ini Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam pandangan kalian” (HR. Muslim)
Wallaahualam.
Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah jumlah Muslim pada saat itu sedikit?”
Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’.
Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani)
Sahabat, bukankah fenomena inilah yang sekarang banyak kita temukan? Umat Islam dengan jumlah besar namun kehilangan ‘kewibawaan’ layaknya macan ompong. Hal ini disebabkan umat Islam banyak yang tertimpa 2 penyakit berbahaya, yakni cinta dunia dan takut mati.
Bagaimanakah ciri-ciri cinta dunia dan takut mati yang bisa terlihat dalam diri seseorang? Apakah kita termasuk yang terjangkiti penyakit berbahaya ini? Naudzubillah min dzalik.
Berikut ini beberapa prediksi ciri pecinta dunia yang semoga kita terjauh darinya:
Selalu bermalas-malasan dan lalai dalam beribadah
Jika masih sempat shalat di ujung waktu, mengapa harus repot-repot shalat di awal waktu? Para pecinta dunia tak akan merasa rugi jika melalaikan ibadahnya, justru mereka merasa rugi jika ibadah menghambat karir dan kenikmatan dunia yang mereka rasakan.
Sedang asyik bekerja closing pelanggan, sedang asyik bercengkrama dengan anak dan keluarga, mengapa harus dihentikan hanya karena mendengar seruan untuk shalat? Allah Maha Tahu kok kalau kita sedang dalam kondisi darurat. Semacam itulah yang dipikirkannya. Padahal jelas bahwa Allah senantiasa mengingatkan kita agar tidak lalai mengingatNya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun 9)
Menunda-nunda taubat
Ciri pecinta dunia selanjutnya adalah ketika melakukan dosa, dan ia menyadari bahwa itu adalah dosa, akan tetapi hatinya tak pernah tergerak untuk merasa menyesal, serta tak ada terlintas untuk menghentikan perbuatan dosa tersebut.
Para pecinta dunia biasa beranggapan bahwa hidupnya masih lama, bahwa kiamat itu tidak nyata, dan hidup setelah mati hanyalah keyakinan konyol semata. Padahal, Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa dunia dan isinya itu terlaknat:
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama.“ (HR. Tirmidzi)
Tujuan hidup adalah kesenangan dunia
Visi hidup para pecinta dunia adalah kesenangan dunia semata, baik berupa harta, jabatan, wanita, maupun popularitas. Inilah yang mereka kejar, tak peduli jika harus melakukan hal-hal yang melanggar ajaran Agama, atau melanggar norma kemanusiaan sekalipun.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid:20)
Berani mengorbankan agama dan keimanan demi kenikmatan dunia
Hanya sekadar membuka aurat, meminum khamr, berkhalwat dengan lawan jenis, sepertinya bukan hal yang sulit dilakukan demi memperlancar karir. Para pecinta dunia berani menggadaikan agama dan keimanannya untuk ditukar dengan kenikmatan semu.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud 15-16)
Suka menumpuk harta dan enggan memberi sedekah
Para pecinta dunia juga biasanya hobi menumpuk harta kekayaan, berbangga diri dengan apa yang dimiliki dan enggan berbagi. Mereka merasa apa yang diperoleh merupakan hasil kerja kerasnya, mengapa harus berbagi pada orang lain yang pemalas dan tidak bisa menghasilkan uang?
“Andai anak Adam diberi emas satu lembah, ia ingin mendapat dua lembah. Tidak ada yang dapat membungkam mulutnya selain tanah, dan Allah mengabulkan taubat hamba-Nya yang bertaubat.” (HR. Bukhari-Muslim)
Selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki dan iri pada apa yang dimiliki orang lain yang lebih darinya
Melihat rumah orang lain lebih besar langsung merasa iri, melihat istri orang lain lebih cantik langsung merasa kurang, melihat kendaraan rekan kerja lebih oke langsung tak mau kalah. Seperti itulah ciri pecinta dunia yang tidak pernah merasa cukup akan pemberian Allah padanya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?.” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imron 14-15)
Sahabat, semoga Allah menjauhkan kita dari ciri-ciri penyakit ‘Wahn’ di atas, yakni penyakit cinta dunia dan takut mati yang sudah pasti akan menghilangkan kelezatan beribadah pada Allah.
Padahal bagi Allah, dunia yang kita singgahi sementara ini hanyalah seperti seonggok bangkai kambing yang cacat, bahkan lebih buruk lagi, mengapa kita menjadi bodoh dengan memperebutkan dan mencintai seonggok bangkai cacat?
Jabir bin Abdillah ra berkata, “Rasulullah SAW pernah memasuki sebuah pasar yang di kiri-kanannya dipadati manusia. Ketika itu beliau melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas Beliau menenteng telinga kambing itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham?”
Pengunjung pasar menjawab, “Sedikit pun kami tidak menginginkannya“.
Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan cuma-cuma kepada kalian?”
Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya karena cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah menjadi bangkai?”
Mendengar hal ini Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam pandangan kalian” (HR. Muslim)
Wallaahualam.